Sebelumnya saya sudah kupas bagaimana TV One mengobok-obok umat Islam dengan pemberitaannya mengenai terorisme yang bertendensi negatif terhadap gerakan Islam. Eh, kali ini malah Metro TV, si Biru milik Surya Paloh, Kaisar Nasional Demokrat yang merupakan Gerakan Restorasi itu pula ikut-ikutan menebar fitnah. Malah kejamnya, pemberitaannya nyaris membebek statement BNPT tentang kelompok radikalis di kampus dan sekolah. Katanya, Rohis sekolah sarang teroris.
Dalam tayangan beritanya tentang “pola rekrutmen teroris muda”, Metro TV menyampaikan lima poin tentang pola perekrutan tersebut, yakni :
Walaupun melalui akun resmi twitter-nya anda pada 14 September 2012 mengatakan bahwa “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa Rohis adalah sarang teroris”. Namun demikian, kalimat “ekstrakurikuler di masjid” jelas-jelas sangat merujuk pada kegiatan Rohani Islam (Rohis) dengan berbagai macam sebutannya. Kalau bukan Rohis, kira-kira ekstrakurikuler mana lagi yang ada di masjid sekolah? Apa Pramuka? PMR atau Klub Basket?
Jujur, sedih sekali saya melihat berita semacam ini. Miris sekali jika media sebesar Metro TV bisa terjebak ke dalam fallacy of thinking. Main pukul rata. Semua (kegiatan umat Islam) mau dilibas habis. Sampai kegiatan positif anak-anak setingkat SLTA yang menekuni ilmu agamanya pun diusik. Difitnah sebagai dalang terorisme. Seolah-olah Rohis-lah pusat inkubasi teroris.
Bagi yang belum tahu Rohis, mungkin perlu dijelaskan bagaimana Rohis ini sebenarnya. Rohis (Kerohanian Islam) adalah organisasi ekstrakurikuler di sekolah yang memfasilitasi siswa untuk mendalami agama Islam dengan berbagai variasi kegiatannya. Mulai dari pengajian umum, mentoring, pelatihan keterampilan, pergelaran seni Islam, membuat berbagai Musabaqah (perlombaan) tentang Al-Qur’an, bimbingan baca tulis Al-Qur’an, kelompok belajar, berkemah sambil bertadabbur alam, mabit (malam bina iman dan taqwa) dengan iktikaf di masjid, kegiatan olahraga dan masih banyak lagi. Pokoknya, semua serba positif.
Rohis ini mulai marak di akhir 1980-an di Pulau Jawa, saat -sekedar- kebebasan untuk berjilbab saja masih sulit didapatkan (untuk cerita lengkapnya baca Revolusi Jilbab, Alwi Alatas). Tujuannya tak lain untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat. Cerdas, terampil sekaligus shalih. Tak heran rata-rata kebanyakan anak Rohis selalu menjadi juara di sekolahnya. Memenangkan berbagai olimpiade, cerdas cermat dan karya tulis ilmiah. Anak Rohis juga menjadi pucuk pimpinan OSIS. Anak Rohis juga mengorganisir kegiatan ama sosial, kegiatan seni Islam. Ini bukti bahwa Rohis mendukung untuk terbentuknya pelajar yang cerdas secara akademik dan kompeten secara skill.
Selain itu, keshalihan itu yang tak kalah penting. Makanya agama Islam dipelajari. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dikaji. Tentu untuk dijadikan pegangan hidup sampai mati. Kelak ketika sudah selesai sekolah, saat menginjak dunia nyata, alumni Rohis insya Allah tetap istiqamah dengan keshalihannya. Di pemerintahan ia pertahankan style kejujurannya, meski banyak umpatan.
Sudah tentulah ini semua produk yang positif dari pembinaan Rohis. Kalau Metro TV selama ini memberitakan berbagai fakta jelek tentang bobroknya kualitas dan mentalitas generasi muda, maka anak Rohis adalah fakta indahnya. Saat anak muda yang lain hanyut dalam hura-hura, gaya hidup hedonis, pergaulan bebas hingga tawuran dan penyalahgunaan narkoba, maka anak Rohis menghisap rokokpun ogah. Pacaranpun mereka tidak mau karena hendak menghindari zina. Bahkan di antara mereka dihidupkan suasa ukhuwah. Kental sekali persaudaraannya. Bersemangat saling membantu siapa saja. Subhanallah.
- Sasarannya siswa SMP Akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum
- Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah
- Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudia diajak diskusi di luar sekolah
- Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa yang korup, keadilan tidak seimbang
- Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh
Walaupun melalui akun resmi twitter-nya anda pada 14 September 2012 mengatakan bahwa “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa Rohis adalah sarang teroris”. Namun demikian, kalimat “ekstrakurikuler di masjid” jelas-jelas sangat merujuk pada kegiatan Rohani Islam (Rohis) dengan berbagai macam sebutannya. Kalau bukan Rohis, kira-kira ekstrakurikuler mana lagi yang ada di masjid sekolah? Apa Pramuka? PMR atau Klub Basket?
Jujur, sedih sekali saya melihat berita semacam ini. Miris sekali jika media sebesar Metro TV bisa terjebak ke dalam fallacy of thinking. Main pukul rata. Semua (kegiatan umat Islam) mau dilibas habis. Sampai kegiatan positif anak-anak setingkat SLTA yang menekuni ilmu agamanya pun diusik. Difitnah sebagai dalang terorisme. Seolah-olah Rohis-lah pusat inkubasi teroris.
Bagi yang belum tahu Rohis, mungkin perlu dijelaskan bagaimana Rohis ini sebenarnya. Rohis (Kerohanian Islam) adalah organisasi ekstrakurikuler di sekolah yang memfasilitasi siswa untuk mendalami agama Islam dengan berbagai variasi kegiatannya. Mulai dari pengajian umum, mentoring, pelatihan keterampilan, pergelaran seni Islam, membuat berbagai Musabaqah (perlombaan) tentang Al-Qur’an, bimbingan baca tulis Al-Qur’an, kelompok belajar, berkemah sambil bertadabbur alam, mabit (malam bina iman dan taqwa) dengan iktikaf di masjid, kegiatan olahraga dan masih banyak lagi. Pokoknya, semua serba positif.
Rohis ini mulai marak di akhir 1980-an di Pulau Jawa, saat -sekedar- kebebasan untuk berjilbab saja masih sulit didapatkan (untuk cerita lengkapnya baca Revolusi Jilbab, Alwi Alatas). Tujuannya tak lain untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat. Cerdas, terampil sekaligus shalih. Tak heran rata-rata kebanyakan anak Rohis selalu menjadi juara di sekolahnya. Memenangkan berbagai olimpiade, cerdas cermat dan karya tulis ilmiah. Anak Rohis juga menjadi pucuk pimpinan OSIS. Anak Rohis juga mengorganisir kegiatan ama sosial, kegiatan seni Islam. Ini bukti bahwa Rohis mendukung untuk terbentuknya pelajar yang cerdas secara akademik dan kompeten secara skill.
Selain itu, keshalihan itu yang tak kalah penting. Makanya agama Islam dipelajari. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dikaji. Tentu untuk dijadikan pegangan hidup sampai mati. Kelak ketika sudah selesai sekolah, saat menginjak dunia nyata, alumni Rohis insya Allah tetap istiqamah dengan keshalihannya. Di pemerintahan ia pertahankan style kejujurannya, meski banyak umpatan.
Sudah tentulah ini semua produk yang positif dari pembinaan Rohis. Kalau Metro TV selama ini memberitakan berbagai fakta jelek tentang bobroknya kualitas dan mentalitas generasi muda, maka anak Rohis adalah fakta indahnya. Saat anak muda yang lain hanyut dalam hura-hura, gaya hidup hedonis, pergaulan bebas hingga tawuran dan penyalahgunaan narkoba, maka anak Rohis menghisap rokokpun ogah. Pacaranpun mereka tidak mau karena hendak menghindari zina. Bahkan di antara mereka dihidupkan suasa ukhuwah. Kental sekali persaudaraannya. Bersemangat saling membantu siapa saja. Subhanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar